TUGAS KELOMPOK
Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum (Psikologis, Sosiologis,
Politis, dan Kultural)
Makalah Ini Diajukan Guna Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan
Kurikulum PAI
Dosen Pengampu : Zaenal Arifin, M.S.I.
Disusun Oleh :
Adib : 1310110142
Koridatul Jannah : 1310110143
Dimas Abdul Rauf : 1310110145
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TARBIYAH / PAI
Oktober 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum merupakan proses
untuk melakukan inovasi atau elaborasi dalam proses pendidikan dan pmbelajaran.
Inovasi itu dapat dilakukan dalam hal materi, sarana, dan suasana pengelolaan
lembaga pendidikan.
Adanya kurikulum yang selama kurun waktu
mulai berkembang dan berubah, menjadikan semua yang terlibat dalam pendidikan merasa
tertekan untuk selalu mengikuti pengembangan kurikulum yang ada. Adanya
pengembangan kurikulum pasti ada faktor yang mendasarinya di antaranya faktor
psikologis, sosiologis, politis, dan kultural. Kurikulum yang ada selama ini
belum membumi di kalangan pendidik maupun peserta didik dan hanya diikuti oleh
beberapa lembaga pendidikan yang memang sudah lengkap akan sarana dan
prasarananya.
Maka dalam makalah ini akan dibahas
tentang “Faktor yang
Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum (Psikologis, Sosiologis, Politis, dan
Kultural)” secara jelas guna mempermudah pemahaman kita.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana faktor psikologis, sosiologis,
politis, dan kultural dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum?
2. Bagaimana menyikapi faktor-faktor yang
memepengaruhi pengembangan kurikulum?
C. Tujuan
1. Mengetahui faktor psikologis, sosiologis,
politis, dan kultural dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum
2. Mengetahui dalam menyikapi faktor-faktor
yang memepengaruhi pengembangan kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor Psikologis yang Mempengaruhi
Pengembangan Kurikulum
Manusia berbeda dengan mkhluk lainnya,
karena kondisi psikologisnya. Berkat kemampuan-kemapuan psikologis yang lebih
tinggi dan kompleks inilah sesungguhnya manusia menjadi lebih maju, lebih
banyak memiliki kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan dibandingkan dengan binatang.
Karakteristik perilaku individu pada
tahap-tahap perkembangan, serta pola-pola perkembangan individu menjadi kajian
psikologi perkembanagan. Perkembangan atau kemajuan-kemajuan yang dialami anak
sebagian besar terjadi karena usaha belajar, baik berlangsung melalui proses
peniruan, peringatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahan
masalah.
Proses belajar mengajar membutuhkan studi
yang sistematik dan mendalam. Studi yang demikian merupakan bidang pengkajian
dari psikologi belajar.
Jadi, ada dua bidang psikologi yang
mendasari pengembangan kurikulum, yaitu: psikologi perkembangan dan psikologi
belajar. Keduanya sangat diperlukan, baik dalam merumuskan tujuan, memilih dan
menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta
teknik-teknik penilaian.[1]
1. Psikologi perkembangan
Psikologi
perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi yaitu masa
pertemuan spermatozoid degan sel telur sampai dengan dewasa.
Psikologi
perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya mulai dari pentahapan, aspek, dan tugas
individu tersebut. Yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.[2]
Pengetahuan
tentang perkembangan individu diperoleh melalui studi yang bersifat
longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologik, atau studi kasus.
Studi Longitudinal menghimpun informasi tentang perkembangan
individu dari saat lahir sampai dengan dewasa.
Studi cross sectional dipelajari dengan cara mencatat ciri-ciri
fisik dan mental, pola perkembangan dan kemampuan, serta perilakunya.
Studi psikoanalitik lebih banyak diarahkan mempelajari
perkembangan anak pada masa kanak-kanak (balita).
Studi sosiologik adalah mempelajari perkembangan anak
dilihat dari tgas-tugasnya dalam bermasyarakat.
Studi kasus ialah mempelajari kasus-asus dalam setiap
perkembangan anak. Misalnya mengamati perkembangan kognitif (rasio) anak.
Perkembangan
anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, tetapi perkembngan anak
pada setiap aspek tidak selalu sama. Mereka memiliki banyak aspek kejiwaan
seperti aspek jasmani, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Misalnya:
seorang anak mungkin pada aspek jasmani lebih cepat perkembangannya, tetapi
lambat pada aspek intelektualnya.
2. Psikologi Belajar
Psikologi
belajar adalah suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Belajar dapat
diartikan sebagai perubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif,
maupun psikomotorik, dan terjadi karena proses pengalaman.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar
mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek
perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai
dasar pengembangan kurikulum.
Walaupun banyak
teori belajar yang menunjukkan perbedaan antara yang satu dan yang lainnya,
pada pokoknya terdapat lima kelompok teori belajar utama, yaitu:[3]
a. Teori Behaviorisme (pelajar sebagai organisme yang merespon
terhadap stimulus dari dunia sekitarnya)
b. Teori Psikologi Daya (belajar adalah disiplin dan menguatkan
daya mental dan daya pikir melalui latihan mental yang ketat)
c. Teori Pengembangan Kognitif (kematangan mental berkembang secara
berangsur-angsur pada peserta didik karena interaksinya dengan lingkungan)
d. Teori Lapangan (mengutamakan peserta didik karena dianggap
sentral atau pusat dalam proses pembelajaran)
e. Teori Kepribadian (dorongan atau kebutuhan yang dialami
individu pada tahap perkembangannya)
B. Faktor Sosiologis yang Mempengaruhi
Pengembangan Kurikulum
Setiap kurikulum mencerminkan keinginan,
cita-cita, tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Sekolah memang didirikan oleh dan
untuk masyarakat. Sudah sewajarnya pendidikan harus memperhatikan dan merespon
terhadap suara masyarakat.
Peserta didik
berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan
masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan
dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan
pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang menjadi terasing dari lingkungan
masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti
dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun
proses pendidikan khususnya kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan,
kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap
lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri
yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah
satu aspek penting dalam sistem sosial adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur
cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut
dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Dengan
demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons
dan berlandaskan pada perkembangan sosial dalam suatu masyarakat, baik dalam
konteks lokal, nasional maupun global.[4]
Faktor yang melandasi kurikulum mengalami
diskriminasi hingga mempengaruhi pengembangannya antara lain:
1. Potensi daerah yang masih rendah sehingga
tidak diberikan ruang lebih untuk diaktualisasikan dan dipublikasikan.
2. Masyarakat yang masih kaku sehingga tidak
diperhatikan.[5]
C. Faktor Politis yang Mempengaruhi
Pengembangan Kurikulum
Wiles Bondi
(dalam Sudrajat, 2008) dalam bukunya `Curriculum Development: A Guide to
Practice’ turut menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan
pengembangan kurikulum.
Hal ini jelas
menunjukkkan bahwa pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses politik,
kerana setiap kali pimpinan sebuah negara itu bertukar, maka setiap kali itulah
kurikulum pendidikan berubah.
Faktor politik lain yaitu pada awal tahun 1947, kurikulumnya diberi
nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu,
kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda
dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya.[6]
D. Faktor kultural yang Mempengaruhi
Pengembangan Kurikulum
Kebudayaan
merupakan keseluruhan totalitas cara manusia hidup dan
mengembangkan pola kehidupannya sehingga ia tidak saja
menjadi landasan di mana kurikulum dikembangkan tetapi juga
menjadi target hasil pengembangan kurikulum.
Keragaman
budaya dan kemampuan ekonomi adalah suatu realita masyarakat dan
bangsa Indonesia. Realita tersebut memang berposisi sebagai
objek periferal (tambahan) dalam proses pengembangan kurikulum nasional.
Padahal keragaman itu berpengaruh langsung terhadap kemampuan
guru dalam melaksanakan kurikulum, kemampuan sekolah dalam menyediakan
pengalaman belajar, dan kemampuan siswa dalam berproses serta mengolah
informasi menjadi sesuatu yang dapat diterjemahkan
sebagai hasil belajar.
Artinya, keragaman itu menjadi sesuatu yang memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap
keberhasilan kurikulum baik sebagai proses (curriculum as observed,
curriculum as experienced, curriculum as implemented,
curriculum as reality) tetapi juga kurikulum sebagai
hasil.
Secara nyata pengaruh budaya tersebut berada pada diri guru
yang bertanggung jawab terhadap pengembangan
kurikulum dan pada siswa yang menjalani kurikulum. Oleh karena itu, keragaman
budaya harus
menjadi faktor yang diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam
penentuan teori, visi, pengembangan dokumen,
sosialisasi kurikulum, dan pelaksanaan kurikulum.
Masyarakat sebagai sumber belajar
harus dapat dimanfaatkan sebagai sumber konten kurikulum. Oleh karena
itu, nilai, moral, kebiasaan, dan adat/tradisi harus dapat
diakomodasi sebagai konten kurikulum. Konten kurikulum
haruslah tidak bersifat formal semata tetapi society dan open
to problems yang hidup dalam masyarakat. Selanjutnya, konten
kurikulum harus dapat menunjang tujuan kurikulum dalam
mengembangkan kualitas kemanusiaan peserta didik.
B. Cara Menyikapai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan
Kurikulum
Seperti
diuraikan di atas, selain adanya faktor-faktor, sistem pendidikan di indonesia
juga mengalami masalah-masalah cabang, Untuk mengatasi masalah tersebut, secara garis besar ada dua solusi
yaitu:
1.
Solusi Sistemik
yakni solusi dengan mengubah
sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui
sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan.
Sistem pendidikan di indonesia sekarang ini diterapkan dalam konteks sistem
ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain
meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk
pendanaan pendidikan.
Maka, solusinya disangkutkan perihal pembiayaan seperti rendahnya sarana fisik,
kesejahteraan gutu, dan mahalnya biaya pendidikan berarti menuntut juga perubahan
sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem
pendidikan islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka
sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi
islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala
pembiayaan pendidikan negara.
2. Solusi Teknis
yakni solusi yang menyangkut hal-hal
teknis yang berkaitan langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk
menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Maka, solusi untuk
masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan
kualitas sistem pendidikan.[7]
Rendahnya kualitas guru, misalnya,
di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan
membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan
memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.
Rendahnya prestasi siswa, misalnya,
diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran,
meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Upaya perbaikan secara tambal sulam dan parsial, semisal perbaikan kurikulum,
kualitas pengajar, sarana-prasarana dan sebagainya tidak akan dapat berjalan
dengan optimal sepanjang permasalahan mendasarnya belum diperbaiki.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
antara lain:
1. Faktor Psikologis (Psikologi Perkembangan
dan Psikologi Belajar)
2. Faktor Sosiologis (permasalahan sosial
seperti dalam keluarga, masyarakat, dan sekolah)
3. Faktor Politis (pergantian jabatan menteri)
4. Faktor Kultural (kebudayaan yang tidak lagi
dilestarikan)
Cara menyikapai
faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Kurikulum:
1.
Solusi Sistemik yakni solusi dengan mengubah
sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan.
2.
Solusi Teknis yakni solusi yang menyangkut hal-hal
teknis yang berkaitan langsung dengan pendidikan.
B.
Saran
Demikianlah makalah yang telah kami
susun. kami sadar dan tahu
bahwa makalah kami masih sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini. semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Faturrahman, dkk. 2012. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya
Muchit, M. Saekan. 2001. Pengembangan
kurikulum PAI.
Nasution, S. 1989. Kurikulum dan
Pengajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Yamin, Moh. 2009. Manajemen Mutu
Kurikulum Pendidikan. Jogjakarta: DIVA
Press
https://sites.google.com/site/putraandesnata/faktor-yang-mempengaruhi-pengembangan-kurikulum diakses
pada tgl 16 Oktober 2014 pukul 13:01 WIB
http://muc-chamim.blogspot.com/p/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html diakses pada tgl 16 Oktober 2014 pukul 13:04 WIB
http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Revisi_Bahan_Ajar_Cetak/BAC_Pengkur_SD/UNIT-4_PERKEMBANGAN_KURIKULUM_.pdf diakses pada 23 Oktober 2014 pukul 15:30
WIB
http://triananur.wordpress.com/2010/09/24/masalah-pendidikan-di-indonesia-dan-solusinya/ diakses pada tgl 16 Oktober 2014 pukul 13:26 WIB
[1] Nana Syaodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1997), hlm. 45-46
[2] https://sites.google.com/site/putraandesnata/faktor-yang-mempengaruhi-pengembangan-kurikulum diakses pada tgl 16 Oktober 2014 pukul 13:01 WIB
[4] https://sites.google.com/site/putraandesnata/faktor-yang-mempengaruhi-pengembangan-kurikulum diakses pada tgl 16 Oktober 2014 pukul 13:01 WIB
[6]http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Revisi_Bahan_Ajar_Cetak/BAC_Pengkur_SD/UNIT-4_PERKEMBANGAN_KURIKULUM_.pdf diakses pada 23 Oktober 2014 pukul 15:30 WIB
[7] http://triananur.wordpress.com/2010/09/24/masalah-pendidikan-di-indonesia-dan-solusinya/ diakses pada tgl 16 Oktober 2014 pukul 13:26 WIB
Saya mahasiswi STAIN Kudus terima kasih untuk referensinya
BalasHapusya sama2
BalasHapus