METODE-METODE
TAFSIR
Makalah
Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Dosen Pengampu : Muhammad
Dzofir
Disusun
oleh :
Irham Maulana Tsani :
1410110238
Nurul Fitria Ulfa :
1410110257
Noor Aini :
1410110263
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH / PAI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Metode
adalah satu sarana untuk mecapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks
pemahaman al-Quran, metode bermakna: “prosedur yang harus dilalui untuk
mencapai pemahaman yang tepat tentang makna ayat-ayat al-Quran.” Dengan kata
lain, metode penafsiran al-Quran merupakan: seperangkat kaidah yang seharusnya
dipakai oleh mufassir
(penafsir) ketika menafsirkan ayat-ayat al-Quran.
Perkembangan
wacana metode tafsir hingga saat ini secara garis besar mengenalkan empat macam
(metode), yaitu: ijmâlî (global), tahlîlî (analitik), muqârin
(perbandingan) dan maudhû’î
(tematik).
Lahirnya
metode-metode tafsir disebabkan oleh tuntutan perubahan sosial yang selalu
dinamik. Dinamika perubahan sosial mengisyaratkan kebutuhan pemahaman yang
lebih kompleks. Kompleksitas kebutuhan pemahaman atas al-Quran itulah yang
mengakibatkan, tidak boleh tidak, para mufassir harus
menjelaskan pengertian ayat-ayat al-Quran yang berbeda-beda.
Apabila
diamati, akan terlihat bahwa metode penafsiran al-Quran akan menentukan hasil
penafsiran. Ketepatan pemilihan metode, akan menghasilkan pemahaman yang tepat,
begitu juga sebaliknya.
Dengan
demikian, metodologi tafsir menduduki posisi yang teramat penting di dalam
tatanan ilmu tafsir, karena tidak mungkin sampai kepada tujuan tanpa menempuh
jalan yang menuju ke sana.
B.
Rumusan Masalah
Adapun uraian diatas dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian dari metode tafsir dan macam macam metode tafsir?
2.
Apa
saja kekurangan dan kelebihan dari metode tafsir?
3.
Contoh
kitab apa saja yang menerangkan tentang metode tafsir?
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Metode Tafsir
Kata
“metode” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang
berarti cara atau jalan”. Di dalam bahasa Inggris kata ini ditulis “method” dan bangsa Arab menerjemahkannya dengan
“tharîqah” dan “manhaj”. Di dalam
pemakaian bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti: “cara yang teratur
dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud {dalam ilmu pengetahuan dan
sebagainya); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”
Sedangkan
tafsir secara bahasa mengikuti wazan “taf’îl”, berasal
dari akar kata al-fasr (f, s, r) yang berarti menjelaskan, menyingkap
dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak. Kata kerjanya mengikuti
wazan “dharaba-yadhribu-dharban“ dan “nashara-yanshuru-nashran”. Dikatakan “fasara – yafsiru” dan yafsuru – fasran”, dan “fasarahu”, artinya “abânahu”
(menjelaskannya). Kata at-tafsîr dan al-fasr mempunyai arti menjelaskan dan
menyingkap yang tertutup. Dalam Lisânul ‘Arab
dinyatakan: kata “al-fasr” berarti
menyingkap yang tertutup, sedang kata “at-tafsîr”
berarti menyingkapkan maksud sesuatu lafazh yang musykil dan
pelik. Sedangkan para Ulama berpendapat: tafsir adalah penjelasan tentang arti
atau maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufassir).
Tafsir
menurut istilah, sebagaimana yang didefinisikan Abu Hayyan ialah: “Ilmu yang
membahas tentang cara pengucapan lafazh-lafazh Quran, tentang
petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika
tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun serta
hal-hal lain yang melengkapinya”.
Jadi,
yang dimaksud metode tafsir al-Quran adalah suatu cara yang teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai pemahaman yang benar tentang apa yang
dimaksudkan Allah di dalam ayat-ayat al-Quran atau lafazh-lafazh yang musykil yang diturunkan-Nya kepada Nabi
Muhammad s.a.w..
a. Metode Tafsir Tahliliy
Metode Tafsir Tahlîliy adalah
suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Quran
dari seluruh aspeknya. Di dalam tafsirnya, penafsir mengikuti runtutan ayat
sebagaimana yang telah tersusun di dalam mush-haf. Penafsir memulai uraiannya
dengan mengemukakan arti kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti
global ayat. Ia juga mengemukakan munâsabah
(korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu
sama lain. Begitu pula, penafsir membahas mengenai sabab al-nuzûl
(latar belakang turunnya ayat) dan dalil-dalil yang berasal dari Rasulullah
s.a.w., sahabat, atau para tabi’in, yang kadang-kadang bercampur-baur dengan
pendapat para penafsir itu sendiri dan diwarnai oleh latar belakang
pendidikannya, dan sering pula bercampur baur dengan pembahasan kebahasaan dan
lainnya yang dipandang dapat membantu memahami nash (teks)
al-Quran tersebut.
Para ulama membagi wujud tafsir al-Quran dengan
metode tahlîly kepada tujuh macam (bentuk) yaitu: At-Tafsîr bi al-Ma’tsûr, At-Tafsîr bi ar-Ra’yi, At-Tafsîr ash-Shûfiy, At-Tafsîr al-Fiqhiy, At-Tafsîr al-Falsafiy,
At-Tafsîr al-‘Ilmiy, dan At-Tafsîral-Adabiy al-Ijtimâ’iy.
b. Metode Tafsir Ijmâliy
Metode Tafsir Ijmâliy adalah
suatu metode tafsir yang menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan cara
mengemukakan makna global. Di dalam sistematika uraiannya, penafsir akan
membahas ayat demi ayat sesuai dengan susunan yang ada di dalam mush-haf;
kemudian mengemukakan makna global yang dimaksud oleh ayat tersebut.
Sebagai contoh: ”Penafsiran yang diberikan
tafsir al-Jalâlain terhadap 5 ayat pertama dari surat
al-Baqarah, tampak tafsirnya sangat singkat dan global hingga tidak ditemui
rincian atau penjelasan yang memadai. Penafsiran tentang alif lâm mîm (الم ), misalnya, dia hanya
berkata: Allah Maha Tahu maksudnya. Dengan demikian pula penafsiran ذلكالكتاب,hanya dikatakan: “Yang
dibacakan oleh Muhammad”. Begitu seterusnya, tanpa ada rincian sehingga
penafsiran lima ayat itu hanya dalam beberapa baris saja. Sedangkan tafsir tahlîliy (analitis), al-Maraghi, misalnya, untuk
menjelaskan lima ayat pertama itu ia membutuhkan 7 halaman.
c. Metode Tafsir Muqâran
Yang dimaksud dengan metode ini adalah
mengemukakan penafsiran ayat-ayat al-Quran yang ditulis oleh sejumlah para
mufassir. Disini seorang mufassir menghimpun sejumlah ayat-ayat al-Quran,
kemudian ia mengkaji dan meneliti penafsiran sejumlah mufassir mengenai ayat
tersebut melalui kitab-kitab tafsir mereka, apakah mereka itu mufassir dari
generasi salaf maupun khalaf, apakah tafsir mereka itu at-tafsîr bi al-ma’tsûr maupun at-tafsîr bi ar-Ra’yi.
Kemudian ia menjelaskan bahwa diantara mereka
ada yang corak penafsirannya ditentukan oleh disiplin ilmu yang dikuasainya.
Ada diantara mereka yang menitikberatkan pada bidang nahwu, yakni segi-segi i’râb, seperti Imam az-Zarkasyi. Ada yang corak
penafsirannya ditentukan oleh kecenderungan kepada bidang balâghah, seperti ‘Abd al-Qahhar
al-Jurjaniy dalam kitab tafsirnya I’jâz al-Qurân
dan Abu Ubaidah Ma’mar Ibn al-Mustanna dalam kitab tafsirnya al-Majâz, dimana ia memberi perhatian pada
penjelasan ilmu ma’âniy, bayân, badî’, haqîqah dan majâz.
Jadi metode tafsir muqâran adalah
menafsirkan sekelompok ayat al-Quran dengan cara membandingkan antar-ayat
dengan ayat, atau antara ayat dengan hadis, atau antara pendapat ulama tafsir
dengan menonjolkan aspek-aspek perbedaan tertentu dari objek yang dibandingkan
itu.
d. Metode Tafsir Maudhû’iy
Metode tafsir maudhû’iy juga
disebut dengan dengan metode tematik yaitu menghimpun ayat-ayat al-Quran yang
mempunyai maksud yang sama, dalam arti, sama-sama membicarakan satu topik
masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat
tersebut
Al-Farmawi di dalam kitab Al-Bidâyah fî
al-Tafsir al-Maudhû’isecara rinci mengemukakan cara kerja yang harus ditempuh
dalam menyusun suatu karya tafsir berdasarkan metode ini. Antara lain adalah
sebagai berikut:
- memilih atau menetapkan masalah al-Quran yang akan dikaji secara maudhû’iy (tematik)
- melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah ditetapkan, ayat Makkiyyah dan Madaniyyah
- menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa turunnya, disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya ayat atau asbâb an-nuzûl.
- mengetahui korelasi (munâsabah) ayat-ayat tersebut di dalam masing-masing suratnya.
- menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas, sistematis, sempurna dan utuh (outline).
- melengkapi pembahasan dan uraian dengan hadis, bila dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas.
- mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa.
- menyusun kesimpulan yang menggambarkan jawaban al-Quran terhadap masalah yang dibahas
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tahlîliy
a) Kelebihan Metode Tahlîliy
- dapat mengetahui dengan mudah tafsir suatu surat atau ayat, karena susunan tertib ayat atau surat mengikuti susunan sebagaimana terdapat dalam mushaf
- mudah mengetahui relevansi/munâsabah antara suatu surat atau ayat dengan surat atau ayat lainnya
- memungkinkan untuk dapat memberikan penafsiran pada semua ayat, meskipun inti penafsiran ayat yang satu merupakan pengulangan dari ayat yang lain, jika ayat-ayat yang ditafsirkan sama atau hampir sama
- mengandung banyak aspek pengetahuan, meliputi hukum, sejarah, sains, dan lain-lain.
b) Kelemahan Metode Tafsir Tahlîliy
- menghasilkan pandangan-pandangan yang parsial dan kontradiktif dalam kehidupan umat Islam
- faktor subjektivitas tidak mudah dihindari misalnya adanya ayat yang ditafsirkan dalam rangka membenarkan pendapatnya
- terkesan adanya penafsiran berulang-ulang
Kelebihan dan Kekurangan Metode Ijmâliy
a) Kelebihan Metode Tafsir Ijmâliy
- praktis dan mudah dipahami
- akrab dengan bahasa al-Quran
b) Kekurangan metode Tafsir Ijmâliy
- menjadikan petunjuk al-Quran bersifat parsial
- midak mampu mengantarkan pembaca untuk mendialogkan al-Quran dengan permasalahan sosial maupun keilmuan yang aktual dan problematis
Kelebihan dan Kekurangan Metode Tafsir Muqâran
1) Kelebihan Metode Tafsir Muqâran
- membuka pintu untuk selalu bersikap toleran terhadap pendapat orang lain.
- tafsir dengan metode muqaran ini amat berguna bagi mereka yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang suatu ayat.
- dengan menggunakan metode muqaran ini, maka mufassir didorong untuk mengkaji berbagai ayat dan hadis-hadis serta pendapat-pendapat para mufassir yang lain.
2)Kekurangan Metode Tafsir Muqâran
Di antara kekurangan metode ini adalah:
- penafsiran yang menggunakan metode ini, tidak dapat diberikan kepada para pemula.
- metode muqâran kurang dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. hal itu disebabkan metode ini lebih mengutamakan perbandingan daripada pemecahan masalah.
- metode muqâran terkesan lebih banyak menelusuri penafsiran-penafsiran yang pernah di berikan oleh ulama daripada mengemukakan penafsiran-penafsiran baru. sebenarnya kesan serupa itu tak perlu timbul bila mufassirnya kreatif.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Maudhû’iy
1) Kelebihan Metode Maudhû’iy
- hasil tafsir maudhû’iy memberikan pemecahan terhadap permasalahan-permasalahan hidup praktis, sekaligus memberikan jawaban terhadap tuduhan/dugaan sementara orang bahwa al-quran hanya mengandung teori-teori spekulatif tanpa menyentuh kehidupan nyata.
- sebagai jawaban terhadap tuntutan kehidupan yang selalu berobah dan berkembang, menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap al-Quran.
- kemungkinan untuk mengetahui satu permasalahan secara lebih mendalam dan lebih terbuka.
- tafsir maudhû’iy lebih tuntas dalam membahas masalah.
2) Kekurangan Metode Maudhû’iy
- Mungkin melibatkan pikiran dalam penafsiran terlalu dalam.
- Tidak menafsirkan segala aspek yang dikandung satu ayat, tetapi hanya salah satu aspek yang menjadi topik pembahasan saja.
3. Kitab-kitab Tafsir yang
menggunakan metode tahlîliy
Di antara kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ini adalah: a) Tafsîr
al-Qurân al-‘Azhîm karya Ibn Katsîr’ b) Tafsîr al-Munîr karya Syaikh Nawawiy
al-Bantaniy.
Ada yang ditulis dengan sangat panjang, seperti kitab tafsir karya
al-Alusi, Fakhr al-Din ar-Razi, dan Ibn Jarir ath-Thabari; ada yang sedang,
seperti kitab Tafsir al-Baidhawi dan an-Naisaburi; dan ada pula yang ditulis
dengan ringkas, tetapi jelas dan padat, seperti kitab Tafsîr al-Jalâlaiyn karya
Jalal ad-Din Suyuthi dan Jalal ad-Din al-Mahalli dan kitab Tafsir yang ditulis
Muhammad Farid Wajdi.
Kitab-kitab Tafsir yang Menggunakan Metode Ijmâliy
Di antara kitab-kitab Tafsir dengan metode ijmâliy adalah: Tafsîr
al-Jalâlayn, karya Jalal ad-Din as-Suyuthi dan Jalal ad-Din al-Mahalli, Shafwah
al-Bayân Lima’âni al-Qurân, karya Syeikh Hasanain Muhammad Makhluf, Tafsîr
al-Qurân al-‘Azhîm, karya Ustadz Muhammad Farid Wajdiy, Tafsîr al-Wasîth, karya
Tim Majma’ al-Buhûts al-Islâmiyyah (Lembaga Penelitian Islam) al-Azhar Mesir.
Kitab-kitab Tafsir Yang Menggunakan Metode Muqâran
Di
antara kitab-kitab yang menggunakan metode ini adalah: Durrah at-Tanzîl wa
Ghurrah at-Tanwîl, karya al-Iskafi yang terbatas pada perbandingan antara ayat
dengan ayat; Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân, karya al-Qurthubiy yang membandingkan
penafsiran para mufassir. Rawâ’i al-Bayân fî Tafsîr Âyât al-Ahkâm, karya ‘Ali
ash-Shabuniy’ Qur’an and its Interpreters adalah satu karya tafsir yang lahir
di zaman modern ini, buah karya Profesor Mahmud Ayyoub.
Kitab-Kitab Tafsir Yang Menggunakan Metode
Maudhû’iy
Sebagian kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode maudhu’iy ini adalah:
Al-Mar’ah fî al-Qurân dan Al-Insân fî al-Qurân al-Karîm karya Abbas Mahmud
al-Aqqad; Ar-Ribâ fî al-Qurân al-Karîm karya Abu al-‘A’la al-Maududiy;
Al-Washâyâ al-‘Asyr karya Syaikh Mahmud Syalthut; Tema-tema Pokok al-Quran
karya Fazlur Rahman; dan Wawasan al-Quran Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai
Persoalan Umat karya M. Quraish Shihab.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode tafsir al-Quran adalah suatu cara yang teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksudkan
Allah di dalam ayat-ayat al-Quran atau lafazh-lafazh yang musykil yang diturunkan-Nya kepada Nabi
Muhammad s.a.w..
Metode Tafsir Tahlîliy adalah
suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Quran
dari seluruh aspeknya.
Metode Tafsir Ijmâliy adalah
suatu metode tafsir yang menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan cara
mengemukakan makna global.
metode
tafsir muqâran adalah menafsirkan sekelompok ayat
al-Quran dengan cara membandingkan antar-ayat dengan ayat, atau antara ayat
dengan hadis, atau antara pendapat ulama tafsir dengan menonjolkan aspek-aspek
perbedaan tertentu dari objek yang dibandingkan itu.
Metode
tafsir maudhû’iy juga disebut dengan dengan metode
tematik yaitu menghimpun ayat-ayat al-Quran yang mempunyai maksud yang sama,
dalam arti, sama-sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar
kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy,
M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Jakarta, Bulan Bintang,
1994
Departemen
Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang : Toha Putra, 1989
Marzuki,
Kamaluddin, ‘Ulum Al-Qur’an, Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 1992
Nur,
Qodirun Muhammad, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, Jakarta, Pustaka Amani, 2001
http//www.pusatalquran.com,
diakses pada Kamis, 30 Oktober 2014
Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong Hk
BalasHapusFootnotenya kurang
BalasHapus