KORELASI
UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
DALAM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Disusun
guna memenuhi tugas
Mata
kuliah: filsafat pendidikan islam
Dosen pengampu: dr.Ihsan
Di
susun oleh :
1. Khotimatus
Saadah (1310110125)
2. Ahmad
Mustaghfirin (1310110126)
3. Muhammad
Yusuf (1310110127)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERIKUDUS
JURUSAN
TARBIYAH/PAI
TAHUN 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instansi (sekolah) dan masyarakat
merupakan faktor pendidikan yang saling mempengaruhi.Keduanya mempunyai timbal balik
yang tidak dapat dipisahkan. Seorang anak didik setelah mendapat pendidikan di
keluarganya akan segera berlanjut untuk mencari ilmu di sekolah. Dalam
lingkungan yang baru peserta didik diberi berbagai macam ilmu pengetahuan yang
berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Setelah itu ia akan beranjak ke
lingkungan berikutnya, yaitu masyarakat disinilah sebagai tempat
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat ketika melakukan
pendidikan di sekolah. Terkadang seorang anak didik tidak bisa diterima oleh
masyarakat karena pendidikan yang diberikan disekolah tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan masyarakat, sehingga peserta didik tersebut hanya bisa menjadi
penonton tanpa terlibat secara langsung dalam masyarakat. Tetapi ketika
pendidikan yang diterima di sekolah tepat sebagaimana yang butuhkan masyarakat,
maka akan bermanfaat dalam masyarakat. Faktor
pendidikan dan hubungan timbal balik pendidikan (formal) berperanan
penting dalam mencetak generasi yang siap terjun ke tengah masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini
antara lain:
1.
Apa unsur-unsur
pendidikan dalam filsafat pendidikan islam?
2.
Bagaimana
korelasi antar unsur pendidikan dalam filsafat pendidikan islam?
C.
Tujuan
Masalahan
Tujuan dalam makalah ini antara
lain:
1.
Mengetahui
unsur-unsur pendidikan dalam filsafat pendidikan islam.
2.
Mengetahui
korelasi antar unsur pendidikan dalam filsafat pendidikan islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan
Berdasarkan UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[1]
Sedangkan
menurut John Dewey Pendidikan itu adalah
The General theory of education. John Dewey tidak membedakan filsafat
pendidikan dengan teori pendidikan, sebab itu dia mengatakan pendidikan adalah
teori umum pendidikan. Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa, pendidikan
adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dsan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
Menurut
Hamka pendidikan adalah proses ta’lim dan menyampaikan sebuah misi (tarbiyah)
tertentu. Tarbiyah mengandung arti yang lebih komprehensif dalam memaknai pendidikan
terutama pendidikan Islam baik secara vertikal maupun horizontal.Prosesnya
merujuk pada pemeliharaan dan pengembangan seluruh potensi (fitrah) peserta
didik baik jasmaniah maupun rohaniah.Jadi
dalam makalah ini yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
B.
Unsur-unsur pendidikan
Unsur-unsur
pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1.
Pendidik (orang yang membimbing)
Pendidik adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
prkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah sebagai kholifah di muka bumi,
sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.[2]Oleh
karena itu yang bertanggung jawab atas pendidikan adalah orang tua, guru,
pemimpin program pembelajaran dan latihan, dan masyarakat.
Pendidik merupakan salah satu komponen
penting dalam proses pendidikan, dipundaknya terletak tanggung jawab yang besar
dalam upaya mengantarkan peserta didik kearah tujuan pendidikan yang dicitakan.
Secara umum, pendidik adalah mereka yang memiliki tanggung jawab mendidik.
Mereka adalah manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya melaksanakan
proses pendidikan.[3]
Selain mendidik pendidik/guru mempunyai 4
empat tugas, yaitu :
1.
Mengajarkan
ilmu pengetahuan agama isalm.
2.
Menanamkan
keilmuan dalam jiwa anak.
3.
Mendidik anak
agar taat menjalankan agama.
4.
Mendidik anak
agar berbudi pekerti baik.
Toto Suharto mengutip dari pendapat Muraini
dan Abdul Majid dalam bukunya mengemukakan tiga fungsi pendidik. Yaitu:[4]
1.
Fungsi
instruksional yang bertugas melaksanakan pengajaran.
2.
Fungsi
edukasional yang bertugas mendidik peserta didik agar mencapai tujuan
pendidikan.
3.
Fungsi Managerial
yang bertugas memimpin dan mengelola pendidikan.
Untuk Menjalankan Itu semua seorang guru atau
pendidik harus memenuhi syarat-syarat. Dalam hal ini kami contohkan dalam
peraturan persyaratan yang tertuang dalam UU pendidikan dan pengajaran no.04 tahun
1950 bab X pasal 5 yang berbunyi:“ Syarat utama menjadi seorang guru, selain
ijazah dan syarat-syarat lain yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah
sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pengajaran
(seperti yang dimaksud dalam pasal 3,4 dan 5 UU ini).[5]
Selain itu, Indonesia pada tahun 2005 telah
memiliki Undang-Undang Guru dan Dosen, yang merupakan kebijakan untuk
intervensi langsung meningkatkan kualitas kompetensi guru lewat kebijakan
keharusan guru memiliki kualifikasi Strata 1 atau D4, dan memiliki sertifikat
profesi.
2.
Peserta
didik (Subyek yang dibimbing)
Dalam paradigma
pendidikan islam, peserta didik merupakan sesuatu yang belum dewasa dan
memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan.
Di sini peserta didik adalah makhluk Allah
yang terdiri dari aspek jasmani dan ruhani yang belum mencapai kematangan, baik
fisik, mental, intelektual, maupun psikologisnya. Oleh karena itu, ia
senantiasa memerlukan bimbingan arahan pendidik agar dapat mengembangkan
potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan
. Potensi dasar yang dimiliki peserta didik
kiranya tidak akan berkembang secara maksimal tanpa melalui proses pendidikan.
Islam memandang “setiap anak dilahirkan dengan dibekali fitrah, kedua
orangtuanyalah yang dapat membuat ia menjadi seorang majusi, nasrani atau
yahudi”. Dari pandangan ini tampak bahwa islam mengakui bahwa peserta didik
selaku manusia memang memiliki fitrah, tetapi bagaimana fitrah ini dapat
dikembangkan dengan baik tergantung juga oleh keadaan lingkungan yang
melingkupinya. Perpaduan Antara faktor fitrah dan faktor lingkungan dalam
konsepsi islam merupakan proses dominan yang dapat memengaruhi pembentukan
kepribadian seorang peserta didik[6].
Ciri-ciri peserta didik yang harus dipahami
oleh pendidik adalah:
a.
Individu yang
memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik
b.
Individu yang
sedang berkembang
c.
Individu yang
membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi
d.
Individu yang
memiliki kemampuan untuk mandiri
Peserta didik
sebagai subjek pendidikan, menurut Sayyidina Ali Bin Abi Thalib Jika
menginginkan keberhasilan meraih ilmu harus memenuhi enam syarat yaitu :
1.
دكاء
(cerdas)
2.
Øرص
(bersungguh-sungguh)
3.
اصطبار
(sabar)
4.
بلغة
(biaya)
5.
ارشاداستاذ (petunjuk guru)
6.
طولزمان
(waktu yang lama)
3.
Tujuan
Pendidikan
Ghozali melukiskan tujuan pendidikan
sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya
yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak dan pembersihan
jiwa dengan maksud dibalik itu membentuk individu-individu yang tertandai
dengan sifat-sifat utama dan takwa.[7]
Al-Qabisi berpendapat juga bahwa
tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kepribadian (syakhsiah) pelajar
agar selaras dengan nilai-nilai islam. Lebih spesifik lagi tujuan pendidikan
untuk mengembangkan kekuatan akhlak, menimbulkan rsa cinta kepada agama,
berpegang teguh kepada ajarannya serta berperilaku yang sesuai dengan ajaran
islam.[8]
Adapun rumusan Formal dari tujuan pendidikan secara Hierarchies
adalah ;
Ø Tujuan Pendidikan Nasional. Adalah merupakan tujuan umum yang
hendak dicapai oleh seluruh bangsa indonesia, dan merupakan rumusan daripada
kwalifikasi terbentuknya suatu warga negara yang dicita-citakan bersama.
Ø Tujuan Institusional. Ialah tujuan pendidikan secara formal
dirumuskan oleh lembaga-lembaga pendidikan.
Ø Tujuan Kurikuler. Ialah tujuanyang dirumuskan secara formal pada
kegiatan kurikuler yang ada pada lembaga-lembag pendidikan.
Ø Tujuan Instruksional. Adalah merupakan tujun yang hendak dicapai
setelah selesai program pengajaran.
agama islam yang terbagi dalam Tujuan
Akhir dan Tujuan Antara (umum dan Khusus). Tujuan akhir pendidikan
agama islam adalah penyerahan dan penghambaan diri secara total kepada Allah.
Tujuanini bersifat tetap dan berlaku umum tanpa memperhatikan tempat, waktu dan
keadaan.
Cita-cita atau tujuan yang ingin
dicapai harus dinyatakan secara jelas, sehingga semua pelaksana dan sasaran
pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan seperti pendidikan,
bila tidak mempunyai tujuan yang jelas untuk dicapai, maka prosesnya akan
mengabur. Oleh karena tujuan tersebut tidak mungkin dapat dicapai secara
sekaligus, maka perlu dibuat secara bertaha, misalnya tujuan umum, tujuan
institusional, tujuan kulikuler dan tujuan instruktusionalnya ditetapkan secara
jelas dan terarah. Tentang tujuan ini, di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, secara
jelas disebutkan Tujuan pendidikan nasional, yaitu: “Mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi perkerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasamani dan rohani,
keperibadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.[9]
4.
Materi
Pendidikan
Dalam sistem pendidikan
persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai
sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materi inti maupun muatan
lokal.Materi ini bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan
persatuan bangsa.Sedangkan muatan lokal misinya adalah mengembangkan
kebhinnekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan.Dengan demikian
jiwa dan semangat Bhinneka Tunggal Ika dapat ditumbuhkembangkan.
5.
Alat dan metode
Agar interaksi dapat berlangsung baik
dan tercapai tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan materi pendidikan yang
tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah cara menyampaikan
materi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Adapun yang dimaksud dengan alat
pendidikan ialah segala sesuatu yang dipergunaan dalam usah untuk mencapai
tujuan dari pendidikan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan
alat pendidikan agama ialah; Segala sesuatu yang dipakai dalam mencapai tujuan
pendidikan agama.
Alat-alat pendidikan dapat dikelompokkan menjadi 3 dengan uraian
atau klasifikasi sebagai berikut :
a)
Alat pengajaran
dibedakan menjadi 3
·
Alat pengajaran
klasikal. Seperti: papan tulis, kapur, dan lain-lain.
·
Alat pengajaran
individual. Seperti: alat tulis, buku pelajaran, dan lain-lain
·
Alat Peraga
b)
Alat-alat
Pendidikan Langsung : termasuk alat pendidikan yang langsung juga ialah dengan
menggunakan emosi dan dramatisasi dalam menerangkan masalah
agama. Karena agama lebih menyangkut perasaan.
c)
Alat-alat
Pendidikan tidak Langsung : Alat yang bersifat kuratif. Agar dengan demikian
anak-anak menyadari perbuatannya yang salah dan berusaha untuk memperbaikinya.
6.
Lingkungan Pendidikan
Lingkungan adalah yamg meliputi
kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah
laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Meskipoun lingkungan tidak
bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang
sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam suatu
lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya
lingkungan mencakup beberapa hal, yaitu:
a.
Tempat
(lingkungan fisik); keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
b.
Kebudayaan
(lingkungan budaya); dengan warisan budaya tertentu , seni, ekonomi, ilmu
pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.
c.
Kelompok hidup
bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain,
desa,dan perkumpulan.Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik
secara tetap hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat mengalami
pendidikan.
Menurut Ki Hajar Dewantara,
limgkungan-lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda, yang ia sebut dengan tri pusat
pendidikan. Faktor-faktor pendidikan merupakan berbagai unsur yang menunjang
kedalam tujuan atau goal yang akan di capai dalam pendidikan. Unsur-unsur
tersebut penting fungsinya karena dapat menunjang dalam sebuah tujuan secara
berkesinambungan dan sistematik..
C. Hubungan Timbal Balik antara Faktor-faktor Pendidikan
1. Pengaruh Sekolah Terhadap Masyarakat
Dalam hal pengaruh sekolah terhadap
masyarakat pada dasarnya tergantung kepada luas tidaknya serta kualitas output
pendidikan (sekolah) itu sendiri. Semakin besar output sekolah tersebut dengan disertai
kualitas yang mantap, dalam artian mampu mencetak suber daya manusia ( human
resources) yang berkualitas, maka tentu saja pengaruhnya sangat positif bagi
masyarakat. Sebaliknya meskipun lembaga pendidikan mampu mengeluarkan out
putnya tapi dengan SDM yang rendah secara kualitas, itu juga jadi masalah,
tidak saja bagi output yang bersangkutan, tetapi berpengaruh juga bagi
masyarakat. Dengan demikian, bila lembaga pendidikan dimaksud mempu melahirkan
produk-produknya yang berkualitas, tentu saja hal ini merupakan investasi bagi
penyediaan SDM.Investasi ini sangat penting untuk pengembangkan dan kemajuan
masyarakat, sebab manusia itu sendiri adalah subjek setiapa perkembangan,
perubahan dan kemajuan di dalam masyarakat.
a.
Mencerdaskan
kehidupan masyarakat, dengan pendidikan, kecerdasan anggota masyarakat dapat
tergapai untuk mengkader generasi yang siap menapaki masa depan dengan berbekal
ilmu pengetahuan.
b.
Membawa
pembaruan dan perkembangan masyarakat.
c.
Menghasilkan masyarakat yang siap pakai dan
terbekali dalam lapangan pendidikan.
d.
Menghasilkan
masyarakat yang bersikap konstruktif sehingga tercipta integrasi sosial yang
harmonis.
e.
Mentransformasikan budaya sekolah untuk
pengembangan budaya masyarakat .
2. Pengaruh Masyarakat Terhadap Sekolah
Sebagaimana yang dikemukakan
terdahulu tentang keterkaitan masyarakat dengan pendidikan adalah sangat erat
dan saling mempengaruhi.Suatu kenyataan bagi setiap orang bahwa masyarakat yang
baik, maju.Modern ,ialah masyarakat yang didalamnya ditemukan suatu tingkat
pendidikan yang baik, maju dan modern pula., dalam wujud lembaga-lembaganya
maupun jumlah dan tingkat pendidikan yang terdidik. Dengan perkataan lain,
suatu masyarakat yang maju karena adanya penddika yang maju, baik dalam arti kualitatif maupun
kuantitatif, pendidikan yang modern ditemuken dalam masyarakat yang modern
pula. Sebaliknya masyarakata yang kurang memperhatikan pembinaan pendidikan,
akan tetap terkebelakang, tidak hanya dari segi intelektual,tapi juga dari segi
sosial kultural.
a.
Identitas dan
dinamikan masyarakat membawa perubahan terhadap orientasi dan tujuan
pendidikan.
b.
Realitas sosial buadaya masyarakat membawa perubahan
dalam proses pendidikan.
c.
Perubahan
sosial akan membawa perubahan dalam materi pendidikan.
Ada tiga macam kehidupan kelurga yang sangat berpengaruh dalam
proses belajar pendidikan di Sekolah.
1.
Keluarga yang
sadar akan pentingnya pendidikan bagi perkemkangan anak, orang tua dari
lingkungan keluarga yang demikian akan selalu mendorong demi kemajuan anak.
2.
Keluarga yang
acuh tak acuh terhadap pendidikan anak. Keluarga yang semacam ini tidak
mengabaikan peran untuk mendorong atau melarang terhadap kegiatan yang dijalani
anak.
3.
Keluarga yang
anti pati terhadap dampak dari keberadaan pendidikan disekolah atau di
masyarakat sekitarnya. Orang tua dari keluaga yang semacam ini akan menghalangi
dan menyikapi dengan kebencian terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anaknya.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Proses pendidikan yang berlangsung
selalu melibatkan beberapa unsur pendidikan antara lain: subjek yang dibimbing
(peserta didik), orang yang membimbing (pendidik), interaksi edukatif antara
keduanya, tujuan pendidikan, kurikulim/materi pendidikan, alat dan bahan
pendidikan serta lingkungan pendidikan.
Proses tersebut akan semakin ideal pelaksanaanya apabila proses tersebut
selalu memperhatikan beberapa unsur antara lain; kognitif, afektif dan
psikomotorik. Tanpa ketiganya proses pendidikan mustahil akan berjalan dengan
sempurna. dari berbagai unsur diatas, ada unsur yang berjalan langsung dengan
pengalaman inderawi anak didik yang disebut dengan unsur empirik. Seperti
adanya pengembangan diri, kreatifitas dan aplikasi ilmu.Yang sering kita
kelompokkan dalam penilaian afektif dan psikomotorik anak, setelah mereka
diberi ilmu secara kognitif (teori) saja.
Sekolah dan masyarakat memiliki
Pendidikan (sekolah) dan kehidupan masyarakat amat saling pengaruh mempengaruhi
dengan bermacam-macam cara: Pendidikan di pengaruhi oleh keadaan masyarakat,
antara lain keadaan sosial ekonominya: faktor kesenjangan sosial ekonomi akan
mempengaruhi strategi dalam perencanaan pendidikan.Pendidikan mempengaruhi
kehidupan bermasyarakat dengan memberikan ilmu pengetahuan, ketrampilan,
pendidikan akal, budi pekerti dan kerohanian kepada anak didik atau generasi
muda yang langsung atau tidak langsung menentukan jenis pekerjaannya di
kemudian hari: profesinya akan menempatkan dia pada tingkat sosial ekonomi
tertentu dan mempengaruhi perkembangan seterusnya.
Perlu diingat bahwa pendidikan
bermaksud melayani kebutuhan masyarakat dalam arti menambah kemampuan
masyarakat untuk dapat bertahan dan mengembangkan diri dalam semua aspek
kehidupan.Karena itu materi yang disampaikan kepada anak didik harus sesuai
dengan kebutuhan masyarakat di mana kelak mereka terjun. Selain itu tanpa
adanya hubungan dengan masyarakat, sekolah tidak dapat berkembang karena
masyarakat juga membantu sekolah dalam mengatasi permasalahan-permasalahan
dalam pendidikan
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad Assegaf,
Abd.2013. Aliran pemikiran pendidikan islam: Hadroh Keilmuan Tokoh Klasik
Sampai Modern. Jakarta: Rajawali Press.
Azra, azyumadi
. 2002. pendidikan islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Aziz, Abd. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Komplek POLRI
Gowok Blok D: Teras.
Suharto, Toto. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
UU
RI NO. 20th. 2003, tentang SISDIKNAS, Bandung: Citra Umbara.
Umar, Tirtaraharja. 2000. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/. Di akses 19/09/14, 20.30.
http://muhammadsyaefulabdulloh.blogspot.com/2012/04/faktor-faktor-pendidikan.html Di akses 21/09/14, 21.00.
http://ayundaafi.blogspot.com/2013/03/pengertian-faktor-faktor-pendidikan-dan.html. Diakses 23/09/14, 20:00.
[1]UU RI NO. 20
th. 2003, tentang SISDIKNAS, (bandung: citra umbara.2003 hlm 7)
[2]Abd. Aziz, Filsafat
Pendidikan Islam, (Komplek POLRI Gowok Blok D: Teras, 2009), hal 179
[3]Toto Suharto, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2011), hal 113-114.
[5] UU Pendidikan
NO 04 th 1950
[6]Toto Suharto, Op.Cit,hal
119-120
[7]Azyumadi Azra, pendidikan islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), hal 33
[8]Abd. Achmad
Assegaf, Aliran pemikiran pendidikan islam: Hadroh Keilmuan Tokoh Klasik
Sampai Modern, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hal 66
[9]UU
Pendidikan NO 2 th 1989
Tidak ada komentar:
Posting Komentar