Jumat, 13 Maret 2015

PERANAN PENTING ILMU FIQIH BAGI UMAT ISLAM



PERANAN PENTING ILMU FIQIH SEBAGAI SARANA UNTUK MENJALANKAN IBADAH DAN PENDIDIKAN BAGI UMAT ISLAM
Oleh: Muhammad Yusuf (1310110127)

ABSTRAK

Ilmu Fiqih ialah prasangka yang kuat tentang hukum-hukun syara’ yang praktis(amali) yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci, misalnya wajibnya sholat 5 waktu mengambil dalil dari alqur’an “wa’aqimusholat”(dirikanlah sholat), dianalisis, kata wa’aqimu adalah perintah dan perintah itu menunjukkan wajib, maka firman Allah “wa’aqimusholat” menunjukkan wajibnya sholat.
Para ulama mujtahid telah mempelajari dan meneliti topik-topik kajian tentang semua masalah yang berhubungan dengan agama islam seperti halal haramnya suatu perkara dan sah atau batalnya suatu perkara, dengan menggunkan sumber-sumber hukum syara’ yang dapat dijamin dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya sehingga umat muslim dapat mempelajarinya dengan mudah.
Keyword: Ilmu Fiqih, Hukum-Hukum Syara’, Topik-Topik Kajian, Sumber-Sumber Hukum.


 


PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Allah menciptakan manusia di dunia semata-mata mereka beribadah kepadaNya, beribadah itu harus mempunyai ilmunya sebab tanpa ilmu, ibadah tidak akan sempurna seperti sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam ibnu najjar dari sahabat muhammad ibnu ali, berkata: sholat dua rekaatnya orang alim itu lebih utama dari pada sholatnya orang bodoh 70 rakaat.
 Yang dimaksud bodoh di sini adalah bodoh dalam ilmu agama, sehingga kita diwajibkan mencari ilmu terutama ilmu pokok agama islam salah satunya adalah ilmu Fiqih.
Ilmu Fiqih merupakan jantungnya umat islam, ia dipelajari dan dijadikan alat justifikasi sebuah hukum atas permasalahan yang terjadi. Oleh karena itu dominasi fiqih dalam kehidupan umat islam sangat kuat mengingat fungsinya sebagai sarana untuk menjalankan ibadah dan sebagai setempel halal haramnya atas permasalahan yang terjadi dikehidupan sehari-hari.

B.       RUMUSAN MASALAH
  1. Apa pengertian ilmu fiqih?
  2. Apa saja Hukum-hukum yang dikaji dalam ilmu Fiqih?
  3. Apa saja topik-topik kajian yang dibahas dalam ilmu Fiqih?

C.      TUJUAN MASALAH
1.  Untuk mengetahui pengertian ilmu Fiqih.
2.  Untuk mengetahui hukum-hukum yang dikaji dalam Ilmu Fiqih.
3.  Untuk mengetahui topik-topik yang dibahas dalam Ilmu Fiqih.
4.  Untuk mengetahui darimana sumber-sumber hukum Ilmu Fiqih.



PEMBAHASAN

A.      Pengertian Ilmu Fiqih
Fiqih menurut bahasa arab ialah faham atau mengerti. (Sulaiman Rasjid 1990:26)
Menurut istilah Fiqh itu ialah
1.    ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara’ yang praktis (amali) yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci.
2.    faham atau mengetahui semua hukum syara’ dengan jalan ijtihad, selain hukum yang bersifat pasti atau qot’i.
Hukum yang bersifat pasti seperti mengetahui allah itu satu, mencuri dan berzina dll itu sudah jelas haramnya tidak bisa dibantah lagi. (Muhammad Sya’roni Ahmadi, 1985:4)

Menurut Hasan Ahmad Al-Khatib: Fiqhul Islami ialah sekumpulan hukum syara’, yang sudah dibukukan dalam berbagai madzhab, baik dari madzhab yang empat atau dari madzhab lainnya, dan yang dinukilkan dari fatwa-fatwa sahabat thabi’in, dari fuqaha yang tujuh di Makkah, di Madinah, di Syam, di Mesir, di Iraq, di Bashrah dan sebagainya. Fuqaha yang tujuh itu ialah Sa’id Musayyab, Abu Bakar bin Abdurrahman, ’Urwah bin Zubair, Sulaiman Yasar, Al-Qasim bin Muhammad, Charijah bin Zaid, dan Ubaidillah Abdillah.
Dilihat dari segi ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kalangan ulama Islam, fiqh itu ialah ilmu pengetahuan yang membiacarakan/membahas /memuat hukum-hukum Islam yang bersumber bersumber pada Al-Qur’an, Sunnah dalil-dalil Syar’i yang lain; setelah diformulasikan oleh para ulama dengan mempergunakan kaidah-kaidah Ushul Fiqh. Dengan demikian berarti bahwa fiqh itu merupakan formulasi dari Al-Qur’an dan Sunnah yang berbentuk hukum amaliyah yang akan diamalkan oleh ummatnya.


B.       Hukum-Hukum yang dikaji dalam Ilmu Fiqih
Hukum yang diatur dalam ilmu fiqih dibagi menjadi 2, yakni:
1.      Hukum taklifi
2.      Hukum waddli’i
Hukum taklifi ialah hukum yang mengandung beban terhadap setiap orang mukallaf (Mukallaf artinya orang yang sudah dibebani/diberi tanggungjawab melaksanakan ajaran syari’at Islam dengan tanda-tanda seperti baligh, berakal, sadar, sudah masuk Islam). Hukum ini terbagi menjadi 5, yakni:
  1. Wajib : perintah yang harus dikerjakan, dengan ketentuan jika perintah tersebut dikerjakan, maka yang mengerjakannya dapat pahala, dan jika tidak dikerjakan mendapat dosa. (Sulaiman Rasjid, 1990:17)
  2. Sunah : perintah (suruhan), jika dikerjakan mendapat pahala, dan jika tidak dikerjakan tidak berdosa.
  3. Mubah : sesuatu yang boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan.
  4. Makruh : larangan yang tidak keras, jika dilanggar tidak dihukum (tidak berdosa), jika larangannya ditinggalkan diberi pahala.
  5. Haram : larangan keras, dengan pengertian jika dikerjakan kita berdosa, jika tidak dikerjakan dapat pahala.

Hukum wadli’i ialah hukum yang berhubungan dengan sesuatu yang menjadi tanda yang dapat menentukan ada atau tidak adanya hukum taklifi.
Hukum ini terdiri dari: sabab, syarat, mani’, shahih, batal, azimah, rukhsoh, fasad. (Muhammad Sya’roni Ahmadi, 1985:6)

C. Topik-Topik (Bab-Bab) Pembahasan Fiqh
Topik-topik (bab-bab) pembahasan fiqh. Menurut yang umum dikenal di kalangan ulama fiqh secara awam, topik (bab) pembahasan fiqh itu adalah empat, yang sering disebut Rubu’:
  • Rubu’ ibadat;
  • Rubu’ muamalat;
  • Rubu’ munakahat; dan
  • Rubu’ jinayat.
Ada lagi yang berpendapat tiga saja; yaitu: bab ibadah, bab mu’amalat, bab ’uqubat. Menurut Prof. T.M. Hasbi Ashiddieqqi, bila kita perinci lebih lanjut, dapat dikembangkan menjadi 8 (delapan) topik (bab):
1)      Ibadah
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan berikut ini: (Moh Rifa’i, Moh Zuhri, Salomo, 1978:9)

  1. Thaharah (bersuci);
  2. Ibadah (sembahyang);
  3. Shiyam (puasa);
  4. Zakat;
  5. Zakat Fithrah;
  6. Haji;
  7. Janazah (penyelenggaraan jenazah);
  8. Jihad (perjuangan);
  9. Nadzar;
  10. Udhiyah (kurban);
  11. Zabihah (penyembelihan);
  12. Shayid (perburuan);
  13. ’Aqiqah;
  14. Makanan dan minuman.


2)      Ahwalusy Syakhshiyyah
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan pribadi (perorangan), kekeluargaan, harta warisan, yang meliputi persoalan:

  1. Nikah;
  2. Khithbah (melamar);
  3. Mu’asyarah (bergaul);
  4. Nafaqah;
  5. Talak;
  6. Khulu’;
  7. Fasakh;
  8. Li’an;
  9. Zhihar;
  10. Ila’;
  11. ‘Iddah;
  12. Rujuk;
  13. Radla’ah;
  14. Hadlanah;
  15. Wasiat;
  16. Warisan;
  17. Hajru; dan
  18. Perwalian.


3)      Muamalah Madaniyah
Biasanya disebut muamalah saja. Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan, cara mendapatkan dan menggunakan, yang meliputi masalah:

  1. Buyu’ (jual-beli);
  2. Khiyar;
  3. Riba (renten);
  4. Sewa-menyewa;
  5. Hutang-piutang;
  6. Gadai;
  7. Syuf’ah;
  8. Tasharruf;
  9. Salam (pesanan);
  10. Jaminan (borg);
  11. Mudlarabah dan Muzara’ah;
  12. Pinjam-meminjam;
  13. Hiwalah;
  14. Syarikah;
  15. Wadi’ah;
  16. Luqathah;
  17. Ghasab;
  18. Qismah;
  19. Hibah dan Hadiyah;
  20. Kafalah;
  21. Waqaf*;
  22. Perwalian;
  23. Kitabah; dan
  24. Tadbir.


            Dari segi niat dan manfaat, waqaf ini kadang-kadang dimasukkan dalam kelompok ibadah; tetapi dari segi barang/benda/harta dimasukkan ke dalam kelompok muamalah.

4)      Muamalah Maliyah
Kadang-kadang disebut Baitul mal saja. Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan milik bersama, baik masyarakat kecil atau besar seperti negara (perbendaharaan negara = baitul mal). Pembahasan di sini meliputi:
  1. Status milik bersama baitul mal;
  2. Sumber baitul mal;
  3. Cara pengelolaan baitul mal;
  4. Macam-macam kekayaan atau materi baitul mal;
  5. Obyek dan cara penggunaan kekayaan baitul mal;
  6. Kepengurusan baitul maal; dan lain-lain.

5)      Jinayah dan ’Uqubah (pelanggaran dan hukuman)
Biasanya dalam kitab-kitab fiqh ada yang menyebut jinayah saja. Dalam bab ini di bicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan pelanggaran, kejahatan, pembalasan, denda, hukuman dan sebagainya. Pembahasan ini meliputi:

  1. Pelanggaran;
  2. Kejahatan;
  3. Qishash (pembalasan);
  4. Diyat (denda);
  5. Hukuman pelanggaran dan kejahatan;
  6. Hukum melukai/mencederai;
  7. Hukum pembunuhan;
  8. Hukum murtad;
  9. Hukum zina;
  10. Hukuman Qazaf;
  11. Hukuman pencuri;
  12. Hukuman perampok;
  13. Hukuman peminum arak;
  14. Ta’zir;
  15. Membela diri;
  16. Peperangan;
  17. Pemberontakan;
  18. Harta rampasan perang;
  19. Jizyah;
  20. Berlomba dan melontar.


6)      Murafa’ah atau Mukhashamah
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan peradilan dan pengadilan. Pembahasan pada bab ini meliputi:
  1. Peradilan dan pendidikan;
  2. Hakim dan Qadi;
  3. Gugatan;
  4. Pembuktian dakwaan;
  5. Saksi;
  6. Sumpah dan lain-lain.

7)      Ahkamud Dusturiyyah
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan ketatanegaraan. Pembahasan ini meliputi:
  1. Kepala negara dan Waliyul amri;
  2. Syarat menjadi kepala negara dan Waliyul amri;
  3. Hak dan kewajiban Waliyul amri;
  4. Hak dan kewajiban rakyat;
  5. Musyawarah dan demokrasi;
  6. Batas-batas toleransi dan persamaan; dan lain-lain

8). Ahkamud Dualiyah (hukum internasional)
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok masalah hubungan internasional. Pembicaraan pada bab ini meliputi:
  1. Hubungan antar negara, sama-sama Islam, atau Islam dan non-Islam, baik ketika damai atau dalam situasi perang;
  2. Ketentuan untuk orang dan damai;
  3. Penyerbuan;
  4. Masalah tawanan;
  5. Upeti, Pajak, rampasan;
  6. Perjanjian dan pernyataan bersama;
  7. Perlindungan;
  8. Ahlul ’ahdi, ahluz zimmi, ahlul harb; dan
  9. Darul Islam, darul harb, darul mustakman.

Setelah memperhatikan begitu luasnya ruang lingkup pembahasan fiqh. dapatlah kita bayangkan seluas apa pula ruang lingkup pengajaran agama.


D. Sumber-Sumber Ilmu Fiqh
Sumber-sumber ilmu feqih ada empat, yaitu:
  1. Al-Qur’an
Arti Al-qur’an ialah wahyu Allah swt. Yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Sebagai sumber hukum dan pedoman hidup bagi pemeluk agama islam, jika dibaca menjadi ibadat kepada allah. Sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Maka berpeganglah kepada apa yang diwahyukan kepadamu”. (S. Az-Zukhruf, ayat 43)

  1. Assunnah
Arti sunah menurut bahasa ialah menerangkan (menjelaskan) perkara.
Menurut istilah ialah petunjuk yang telah ditempuh rosulullah dan para sahabatnya, baik berkenaan dengan ilmu, aqidah, perkataan, perbuatan, maupun ketetapan. (Abdullah bin Abdul Hamid Al Atsari, 2006:51) Sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Apa saja yang dibawa oleh rosul kepadamu ambillah, dan tinggalkan apa yang dilarangnya bagimu”. (S. Al-Hasyr, ayat 7)

Fungsi sunnah:
Ø  Sebagai pengukuh terhadap ayat-ayat Al-qur’an.
Ø  Sebagai penjelasan terhadap maksud ayat-ayat Al-qur’an.
Ø  Menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam Al-qur’an. (M.Alwi Al-Malik, 2009:3)

  1. Ijma’
Arti ijma’ menurut bahasa, ialah : sepakat, setuju atau sependapat,
sedang menurut istilah ialah : “kebulatan pendapat semua ahli ijtihad umat Muhammad, sesudah wafatnya pada suatu masa, tentang suatu perkara (hukum)”.
(Moh Rifa’i,1978:37)

  1. Qiyas
Arti qiyas menurut bahasa ialah: mengukur sesuatu dengan lainnya dan mempersamakannya. Menurut istilah qiyas ialah: “menetapkan sesuatu perbuatan yang belum ada ketentuan hukumnya, berdasarkan sesuatu hokum yang sudah ditentukan oleh nash, disebabkan adanya persamaan di antara keduanya”.
Para ulama mujtahid berpendapat demikian dengan alasan sesuai dengan firman Allah yang artinya:
“Hendaklah kamu mengambil I’tibar (ibarat + pelajaran) hai orang-orang yang berfikiran”. (S. Al-Hasyr, ayat 2).

PENUTUP

A.      SIMPULAN
Fiqih menurut bahasa arab ialah faham atau mengerti.
Menurut istilah Fiqh itu ialah 1.ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara’ yang praktis (amali) yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci.

Hukum yang diatur dalam ilmu fiqih dibagi menjadi 2, yakni:
  1. Hukum taklifi
  2. Hukum waddli’i

Topik-topik (bab-bab) pembahasan fiqh. Menurut yang umum dikenal di kalangan ulama fiqh secara awam, topik (bab) pembahasan fiqh itu adalah empat, yang sering disebut Rubu’:
  • Rubu’ ibadat;
  • Rubu’ muamalat;
  • Rubu’ munakahat; dan
  • Rubu’ jinayat.

Ada lagi yang berpendapat tiga saja; yaitu: bab ibadah, bab mu’amalat, bab ’uqubat. Menurut Prof. T.M. Hasbi Ashiddieqqi, bila kita perinci lebih lanjut, dapat dikembangkan menjadi 8 (delapan) topik (bab):
  1. Ibadah
  2. Ahwalusy Syakhshiyyah
  3. Muamalah Madaniyah
  4. Muamalah Maliyah
  5. Jinayah dan ’Uqubah (pelanggaran dan hukuman)
  6. Murafa’ah atau Mukhashamah
  7. Ahkamud Dusturiyyah
  8. Ahkamud Dualiyah (hukum internasional)

Sumber-sumber ilmu feqih ada empat, yaitu:
  1. Al-Qur’an
  2. As-Sunnah
  3. Ijma’
  4. Qiyas

B.       SARAN
Dalam penyusunan artikel ini, penulis telah berusaha secara maksimal dan mencurahkan segala kemampuan yang ada pada penulis. Oleh karena itu sebagai manusia biasa sedikit banyak mempunyai sifat serba kurang dan dho’if, maka apabila dalam penyusunan artikel ini terdapat kekurangan dan kesalahan, semata-mata hanyalah karena keterbatasan pengetahuan dan kekurangan pada diri penulis. Oleh karenannya, koreksi dan saran-saran dari pembaca akan penulis terima dengan sepenuh hati, demi perbaikan dan penyempurnaan artikel ini, dan untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih. Akhirnya semoga dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin
Wallohu alam bissowab


DAFTAR PUSTAKA

Al-Malik, M. Alwi. 2009. Ilmu Ushul Hadis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Al-Atsari, Abdullah bin Abdul Hamid. Aqidah Ahlusunah wal Jamaah. Istanbul: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Sya’roni Ahmadi, moh. 1984. Terjemahan Tashiluthuruqot li Nadhmil Waroqot. Kudus: Percetakan Menara Kudus.
Rifai, moh. Zuhri, moh. Salomo. 1978. Terjemahan Kifayatur Akhyar. Semarang: CV. Toha Putra.
Rosjid, Sulaiman. 1990. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru.
Asy-Syafi’i, Samsuddin Abi Abdillah Muhammad bin Qosim Al-Ghozali. Terjemahan Fatkhul Qorib Mujib. Tuban: Maktabah Al-Balag.
Rifa’I, Moh. 1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Ahmad, Asrori. Terjemahan Irsadul Ibad. Kudus: Maktabah Wamutobaqoh Percetakan Menara Kudus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar